Senin, 07 Maret 2011

Separuh umur RI dirusak oleh Orde Baru

Kita semua bisa mencatat bahwa setengah dari umur Republik kita yang 63 tahun ini, yaitu selama 32 tahun, telah dikangkangi - dan dibikin rusak atau bobrok - oleh rejim miiliter Suharto dkk, yang bersekongkol dengan nekolim, terutama AS. Jangka waktu 32 tahun adalah lama sekali bagi RI yang berumur 63 tahun. Dan sekarang ini, banyak orang melihat atau merasakan sendiri betapa hebatnya kerusakan dan atau kebobrokan yang telah dibikin selama 32 tahun oleh rejim Orde Baru. Negara Republik Indonesia sekarang dalam proses kebangkrutan. Buktinya, lebih dari sepertiga daratan negeri ini dikuasai sekitar seribu pemegang kuasa pertambangan dan kontrak karya. Sembilan dari sepuluh ladang minyak dan gas bumi dikuasai perusahaan lintas negara sehingga hasilnya tidak pernah bisa dinikmati secara maksimal oleh rakyat Indonesia sendiri.

Lebih dari 37 juta orang masih hidup dalam kategori miskin, yang masih harus ditambah lebih dari tiga juga korban bermacam bencana. Satu dari sepuluh orang Indonesia hidup tanpa pekerjaan. Mereka yang bekerja sebagai buruh kini harus menghadapi ancaman dari pasar tenaga kerja yang fleksibel. Sistem kontrak dan outsourcing mengancam keamanan kerja dan membuat jutaan orang hidup tanpa kepastian sementara pengusaha menikmati keuntungan berlipat. Di pedesaan, petani yang merupakan separuh penduduk Indonesia memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian tapi tidak mendapat perhatian.

Di Indonesia jumlah orang yang bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari Rp 20.000 per hari sudah melebihi separuh, dan masuk ke dalam jajaran penduduk miskin dunia. Sementara 20.000 orang terkaya menguasai lebih dari separuh pendapatan nasional. Akibat dari ketimpangan ini kita saksikan setiap hari. Di Koja, Jakarta Utara, seorang ibu membakar diri bersama dua anaknya, sementara di Jawa Timur, seorang anak gantung diri karena tidak kuat menahan lapar. Dari seminar pemiskinan dan kekerasan terhadap perempuan yang berlangsung kemarin kita mendapat gambaran nyata bagaimana perempuan dan anak menjadi korban utama ketika negara tidak lagi menjalankan tugasnya, yakni menjamin kesejahteraan rakyat. (Yang ditulis dengan huruf miring adalah kutipan dari Resolusi Konperensi Warisan Otoritarianisme II : Demokrasi dan Tirani Modal Kampus Universitas Indonesia, Depok, 5-7 Agustus 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar