Kamis, 20 Mei 2010

Etika Penulisan Blog

Apakah ada batasan dalam menulis sebuah blog ? Hal hal ini sebenarnya sudah sering dibahas, dan umumnya semua harus sepakat bahwa ‘ freedom of expression ‘ merupakan elemen utama dalam penulisan. Tapi apakah serta merta sebebas itu ?
Berbeda dengan media jurnalis mainstream lainnya, sebuah blog bisa dengan cepat berinteraksi dan secara cair bebas bergerak kemana saja tanpa melalui penyaringan seperti yang ditemui pada fungsi redaktur pada media tradisional.
Karena kita adalah penulis, pengedit, sekaligus dan penerbit. Sehingga filter itu berada pada kita sendiri. Itulah tantangan sekaligus seninya ngeblog.
Sekarang kembali kepada kita, sejauh mana kita mengekspresikan kebebasan itu.

Ada tatananan moral. budaya, agama, perilaku dan kehidupan sosial yang mau tidak mau harus menjadi batasan dalam menuliskan suatu topik.
Ironis ? atau memang semestinya kita hormati ?
Anda bebas saja memaki maki Tuhan, menyebar fitnah, memposting gambar gambar porno, menyerang orang atau meragukan sebuah agama. Toh anda bisa berkilah ini blog blog saya. Jangan baca kalau tidak suka.
Tapi apakah sesimpel itu. Tentu saja tidak.
Saya selalu percaya selalu ada tatanan di luar sana yang tetap kita hormati.
Ini analoginya. Jika anda memasang speaker dari rumah anda sendiri kemudian anda berteriak teriak menyerang tetangga kita. Apakah anda bisa dengan mudahnya berkilah ini rumah saya, silahkan tutup kuping.

Kebebasan dalam menulis bukan sekadar kemerdekaan individu yang melekat secara otomatis tanpa memperhatikan rambu rambu sosial dan etika pergaulan.
Kita juga harus menghargai tetangga kita dengan bermacam macam latar belakang pendidikan, strata sosial dan pengalaman hidup. Ini bukan sekedar tinggal di lingkungan Pondok Indah yang lingkungannya homogen. Ini sebuah blogsphere dengan lingkungan heterogen. Inilah indahnya keanekaragaman.
Kita juga tak perlu melecehkan bentuk rumah tetangga kita yang ambur adul. Menertawakan halaman rumah tetangga kita yang tidak pernah dipotong rumputnya atau menyerang pemilik rumah itu yang tidak bisa bergaul dengan baik. Cukuplah kita bergunjing berbisik bisik dengan teman teman dekat saja, tanpa harus memasang speaker kencang kencang.
Ada pepatah jawa, ngono yo ngono mbok ojo ngono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar